20 Mei 2008
Cikal bakal berdirinya Wapa
Manggala sudah ada sejak angkatan pertama Praja STPDN, yaitu ketika beberapa
praja penggemar kegiatan alam terbuka mencoba menyatukan hobinya dalam sebuah
organisasi. Namun hal ini belumlah terealisasi secara nyata, sehingga
kegiatan-kegiatan tersebut masih bersifat individu dan belum terorganisir. Baru
pada angkatan kelima cita-cita tersebut mulai direalisasikan, yang berawal dari
dibentuknya Lembaga Swadaya Praja (LSP) Gerakan Cinta Lingkungan (GCL) dengan
diprakarsai oleh beberapa fungsionaris Wahana Bina Praja waktu itu didukung
oleh ketua STPDN I.G.K Manila, yang yang dikenal sebagai salah satu pemerhati
kegiatan alam terbuka di Indonesia (beliau adalah anggota kehormatan WANADRI).
Bersama dengan itu, diluar STPDN, Pak Manila diangkat juga menjadi Pembina
kehormatan Zabra yang ditandai dengan dibuatnya papan panjat pertama di STPDN
yang terletak di depan rumah beliau (dekat Iapangan voli komplek dosen). Maka
tidaklah salah apabila dikatakan Wapa dan Zabra adalah saudara kandung se-bapak
tidak se-ibu.
Sejalan dengan berdirinya GCL,
pada waktu itu Pak Manila menawarkan suatu kegiatan Sekolah SAR yang pertama
bagi praja bekerja sama dengan WANADRI (akhir tahun 1996). Sekolah SAR tersebut
diikuti oleh perwakilan praja dari Muda hingga Wasana, baik putra maupun putri,
setelah melalui berbagai seleksi. Selepas sekolah SAR, para alumni terinspirasi
dan mencoba merealisasikan cita-cita untuk mendirikan sebuah organisasi pecinta
alam bagi praja, maka dibentuklah organisasi MANGGALA, walaupun belum
dinyatakan resmi oleh lembaga karena sudah ada organisasi GCL. Disinilah
sebenarnya awal berdirinya Wapa Manggala.
Tahun berikutnya (1997) Sekolah
SAR angkatan kedua kembali dilaksanakan, dengan peserta lebih banyak, dan
sebagian dari mereka merupakan fungsionaris WBP angkatan VI dan kader-kader
fungsionaris Angkatan VII. Selepas Sekolah SAR tersebut, animo untuk
mengembangkan MANGGALA semakin kuat. Dengan dimotori oleh alumni sekolah SAR
tersebut, maka diambillah inisiatif untuk menggabungkan GCL dengan MANGGALA,
kemudian muncullah WAPA MANGGALA, yang artinya kurang lebih adalah sebagai
Wahana Praja Mengenal Masyarakat, Gunung, Alam dan Lingkungan.
Munculnya organisasi independent
dibidang kegiatan pecinta alam ini mendapat tanggapan yang bagus dari pak
Manila, maka sejak saaat itu berdirilah Lembaga Swadaya Praja Wapa Manggala
dengan Pembina adalah Pak Manila dan Pak lndrarto (keduanya Pembina Zabra juga).
Sayangnya tidak ada catatan resmi yang menyatakan hari jadi dan tanggal
berdirinya Wapa Manggala.
Selanjutnya pada masa transisi
dari angkatan VI dan VII praja STPDN, sebagai oraganisasi baru, Wapa Manggala
mengadakan perekrutan anggota untuk angkatan pertama (1998). Perekrutan anggota
ini tidak melalui kegiatan Pendidikan dasar atau proses MABIM sebagaimana
seharusnya, yang penting waktu itu adalah menarik animo dan minat praja secara
keseluruhan untuk bergabung dan menjadi anggota. Maka kemudian diadakan acara
pelantikan angkatan pertama yang terdiri dari angkatan VII dan VIII praja
STPDN, secara simbolis di kaki Gunung Manglayang dengan ditandai oleh syal biru
tua berlambang delapan arah mata angin sebagai tanda keanggotaan. Jumlah
anggota yang dilantik cukup banyak berkisar diatas 50 orang, belum
ditambah simpatisan Wapa dan Praja yang Iainnya.
Salah satu komitmen mendasar Wapa
Manggala, yang disosialisasikan pada waktu pelantikan angkatan pertama, adalah
dinyatakan bahwa dalam Wapa Manggala anggota terbebas dari belenggu senioritas,
namun tetap dengan prinsip saling menghargai dan menghormati antar sesama
anggota serta dilandasi oleh semangat kebersamaan dan persaudaraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar